Sabtu, 23 Agustus 2014

Absurd



        Semuanya tidak dapat diungkapkan dan diluapkan, juga tak dapat dilupakan hanya dalam kejapan. Aku tidak berpikir aku akan bisa melupakanmu begitu saja, namun aku mencoba yang terbaik. Belajar melupakanmu sama halnya dengan awal mula aku mencintaimu. Keduanya sama sama butuh waktu. Hanya bedanya melupakan lebih sulit dari mencintai. Aku kira melupakan hanya sekedar kata “lupa” yang diberi imbuhan me-kan. Ternyata tidak dapat didefinisikan seperti itu. Kata itu menjadi rumit dan tak terdefinisi jika seseorang tersebut benar – benar sedang mengalaminya, termasuk aku. Bukan maksud hati ingin melupakanmu sepenuhnya. Hanya ingin menghilangkan rasa yang tak jelas kesungguhannya. Ini memang tak mudah, namun aku sudah tak ingin memendamnya. Itu hanya membuatku makin memikirkanmu. Namun dibalik itu semua, aku selalu menyelipkan namamu dalam setiap do’aku. Hanya itu yang bisa ku lakukan dikala aku merindukanmu. Selalu berharap yang terbaik untukmu, aku, dan kita semua. Skenario Tuhan memang rahasia, tapi bekal yang Dia kasih buat kita sudah lebih dari cukup, yaitu akal dan pikiran. Ya akal, aku punya akal untuk berpikir bahwa aku harus menyisakan ruang kosong di hati ini setidaknya sebagai asy syifa jika harapan ini berujung kekecewaan dan sia – sia. Aku yakin dibalik itu semua, Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik dan aku selalu berdo’a agar Tuhan tunjukkan rencana-Nya yang lebih indah dari harapku. Memendamnya memang butuh kesabaran lebih. Memanggilmu tanpa bersuara. Memujimu tanpa berkata. Cinta ini hening, namun bergemuruh di hati. Karna menurutku, cinta dalam diam itu lebih indah. Jika kamu bukan untukku, maka Allah akan menghapus cinta dalam diamku ini dan gantikan kamu dengan yang lebih baik. Semoga Allah senantiasa memberkahi serta melindungi di setiap langkahmu sepanjang hari. Aamiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar