Semuanya tidak dapat diungkapkan dan
diluapkan, juga tak dapat dilupakan hanya dalam kejapan. Aku tidak berpikir aku
akan bisa melupakanmu begitu saja, namun aku mencoba yang terbaik. Belajar
melupakanmu sama halnya dengan awal mula aku mencintaimu. Keduanya sama sama
butuh waktu. Hanya bedanya melupakan lebih sulit dari mencintai. Aku kira
melupakan hanya sekedar kata “lupa” yang diberi imbuhan me-kan. Ternyata tidak
dapat didefinisikan seperti itu. Kata itu menjadi rumit dan tak terdefinisi
jika seseorang tersebut benar – benar sedang mengalaminya, termasuk aku. Bukan
maksud hati ingin melupakanmu sepenuhnya. Hanya ingin menghilangkan rasa yang
tak jelas kesungguhannya. Ini memang tak mudah, namun aku sudah tak ingin
memendamnya. Itu hanya membuatku makin memikirkanmu. Namun dibalik itu semua,
aku selalu menyelipkan namamu dalam setiap do’aku. Hanya itu yang bisa ku
lakukan dikala aku merindukanmu. Selalu berharap yang terbaik untukmu, aku, dan
kita semua. Skenario Tuhan memang rahasia, tapi bekal yang Dia kasih buat kita
sudah lebih dari cukup, yaitu akal dan pikiran. Ya akal, aku punya akal untuk
berpikir bahwa aku harus menyisakan ruang kosong di hati ini setidaknya sebagai
asy syifa jika harapan ini berujung kekecewaan dan sia – sia. Aku yakin dibalik
itu semua, Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik dan aku selalu berdo’a agar
Tuhan tunjukkan rencana-Nya yang lebih indah dari harapku. Memendamnya memang
butuh kesabaran lebih. Memanggilmu tanpa bersuara. Memujimu tanpa berkata.
Cinta ini hening, namun bergemuruh di hati. Karna menurutku, cinta dalam diam
itu lebih indah. Jika kamu bukan untukku, maka Allah akan menghapus cinta dalam
diamku ini dan gantikan kamu dengan yang lebih baik. Semoga Allah senantiasa
memberkahi serta melindungi di setiap langkahmu sepanjang hari. Aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar